BISNIS KAUM TADMUR (2)

Mohammad Suyanto

Abstract


 Kota tersebut mengalami pertumbuhan yang sangat penting karena sebagai rute bisnis yang menghubungkan Persia, India, Cina, dan Kekaisaran Romawi. Pada masa kekuasaan Hadrian (117-138 M), Tadmur (Palmyra) dan kota kotanya menjadi negeri protektorat Romawi. Setelah kunjungan Hadrian pada 130, kota berubah nama menjadi Hadriana Palmyra. Septimius Severus (193-211 M) menjadikan Palmyra dan kota kotanya sebagai kota-kota provinsi kerjaan Romawi. Pada awal abad ketiga, Palmyra memperoleh status sebagai koloni tetapi meski dalam kondisi itu Palmyra tetap menikmati independensi administratif dengan hanya mengakui kekuasaan Romawi secara nominal. Orang-orang Tadmur mulai menambahkan nama-nama Romawi pada nama mereka. Orang-orang Romawi mengakui pentingnya kota itu dari sisi militer, karena jalan dari Damaskus ke Eufrat mesti melewati kota itu.

Tadmur mencapai puncak kejayaannya antara 130 hingga 270 M. Pada masa itulah dibangun banyak monumen yang diantaranya bertahan hingga kini. Aktivitas bisnis internasionalnya mencapai bagian timur hingga Cina, dan sebagai sebuah kota yang dibangun dari bisnis. Palmyra menjadi pewaris sejati Petra. Pada awal 212 M, bisnis di Tadmur (Palmyra) menurun, setelah kaum Sasania menduduki wilayah Tigris dan Eufrat. Odhaynah (Odaenathus), Pangeran Tadmur diangkat oleh Raja Valeria sebagai gubernur provinsi Syiria. Setelah Raja Valeria ditangkap oleh kaum Sasania dan meninggal dalam tahanan di Bishapur, Odhaynah berhasil memaksa Syapur I yang pada 260 M, menangkap Raja Valeria dan menaklukkan sejumlah besar daerah Suriah dan keluar dari Suriah. Odhaynah mengejar Syapur hingga ke dinding pertahanan ibu kotanya, Ctesiphon (sekarang dekat Bagdad).

Dalam perterapan panjang antara orang-orang Romawi dan Sasaniyah yang menggantikan (226)  bangsa Persia, panglima Palmyra bersekutu dengan pasukan Romawi dan kemudian diangkat sebagai dax Orientis, wakil raja di kawasan Timur, pada 262. Raja Gallieus menganugerahinya gelar kehormatan “kaisar kecil” dan mengakuinya sebagai panglima pasukan Romawi di Timur. Hal ini berarti bahwa di seluruh kawasan Asia Kecil dan Mesir, crotias tertinggi secara nominal berada di tangannya. Wilayah kekausaannya juga meliputi Suriah, Arab Utara dan mungkin Amenia. Dengan demikian Palmyra merupakan penguasa Asia Barat empat tahun kemudian (266-267), Odhaynah dan anak laki-lakinya yang tertua dikhianati dan dibunuh di Himsh (Emesa), mungkin atas perintah penguasa Romawi yang meragukan loyalitasnya.

Isteri Odhaynah, Zanubia (bahasa Aramaik : Bath-Zabbay, bahasa Arab : al-Zaba, atau Zainab) menjadi penerusnya yang hebat. Zanubia memerintah atas nama anak laki-lakinya yang masih kecil, Wahb-Allath (Karunia al-Lat, Tuhan Atena), ia mengklaim dirinya sebagai Riau Timur dan untuk beberapa saat melawan kekuasaan Romawi


Amikom Web Archives