BISNIS KAUM NABASIA (2)
Abstract
Dari Berenike, barang melaui jembatan darat menuju Aleksandria. Pada periode ini, barang dari India dan Cina mulai tiba di pelabuhan Arab. Mereka juga melintasi darat untuk menuju pelabuahan Mediterania Aleksandria, kapal mereka mengangkut barang tersebut ke berbagai daerah di sekitar Laut Mediterania. Bisnis luar negeri ini menjadi lebih semarak setelah Cina dan India mengirimkan perwakilan dagangnya ke Timur Tengah. Perkembangan bisnis maritim kaum Nabasia ini juga diikuti pertumbuhan kaum Himyar di Arabia Selatan. Kaum Nabasia bekerjasama untuk melawan kaum lain di Arabia Selatan.
Pada 100 SM – 20 SM, pelabuhan kaum Nabasia, Gaza mulai kehilangan tingkat keramaiannya. Sebagian besar pedagang Nabasia dan Asia melalui Aleksandria. Gaza akhirnya dikendalikan oleh Yahgudi. Kaum Nabasia mengembangkan bisnisnya menuju utara dengan mengorbankan Gaza. Mereka mengendalikan bisnis di kota kuno Damaskus pada 85 SM. Hal ini memberikan peluang untuk mendominasi rute bisnis darat dan laut dari timur. Kaum Nabasia mengendalikan Jalur Sutra (Silk Road) yang merupakan jalur utama dan bisnis laut dengan India dan Sri Langka. Dengan demikan kaum Nabasia berkembang menjadi sebuah kekuatan ekonomi kelas dunia dan mulai bekerja keras memproyeksikan citra atau kekayaan dunia dengan membangun sebuah kota permodalan kelas dunia bernama Petra. Raja pertama kerjaan Nabasia adalah Haritsats I (al-Harits) sejak 169 S.M. Pada masa dakwah Nabi Isa a.s. , wilayah kerajaan Nabasia membentang ke utara hingga Damaskus yang bersamaan dengan daerah Coele-Suriah direbut oleh Haritsats II pada sekitar 87 S.M. dari tangan orang-orang Seleukia. Pada masa pemerintahan Haritsats III (Aretas III) sekitar 67-62 S.M, rang-orang Nabasia untuk pertama kalinya menjalin hubungan erat dengan Romawi dan pada masa itulah mata uang kerajaan pertama kali dicetak. Pada kekuasaan Haritsats IV muncul perintah untuk menangkap Paulus di Damaskus. Pada 47 S.M. Julius Caesar meminta Maliki (Malik Malchus I) agar menyediakan pasukan kaveleri untuk menghadapi pertempuran di Iskandariyah. Penerusnya, Obidats (Ubaydah, Obodar III, sekitar 28-29 S.M), menjadi penguasa ketika terjadi ekspedisi Romawi ke Arab. Selama Romawi menyebar ke Yaman Selatan untuk menemukan sumber kemenyan (frankincense), kaum Nabasia tidak hanya mengelola untuk menghancurkan armada Romawi melalui tipu muslihat, tetapi mereka secara efektif menggunakan armada Romawi untuk melawan kaum Himyar dan kaum Minea. Meskipun demikian, kaum Nabasia tidak dapat menaklukkan kaum Himyar dan kaum Minea, bahkan tahun berikutnya kaum Himyar menundukkan kaum Nabasia. Kaum Nabasia menjadi sekutu Romawi dan ikut serta dalam invasi terkenal ke Arab tahun 24 S.M. dibawah pimpinan Gallus. Akhirnya kaum Himyar mengambil kendali produksi kemenyan dan seluruh bisnis kemenyan. Kaum Himyar kemudian mampu menghantarkan kemenyan dengan kapal ke daerah kaum Nabasia yang menyebabkan bisnis kaum Gerrha mengalami kehancuran.