BISNIS KAUM NABASIA (1)
Abstract
Kaum Nabasia merupakan anak keturunan dari Nabit, salah satu anak dari Nabi Ismail a.s.. Kaum Nabasia dari abad kesembilan belas sebelum masehi (SM) sampai abad keenam sebelum masehi, kesibukannya adalah berdagang. Kaum Nabasia hidup di Arab Utara, secara umum mendapatkan kekuatan mereka berkat bisnis dan sama sekali bukan karena kekuatan militer, baik saat berdirinya maupun pada masa perkembangannya.
Kaum Nabasia berhubungan dengan Arabia, Hajar, Mesopotamia dan Edom. Kaum Nabasia membangun koloni dalam sepuluh komunitas di Arab Tengah, Mesopotamia, Mada’in Saleh dekat Dedan, Jenyson Gaza Selatan, Selah dekat Busheira, ibukota Edomit. Selama periode tersebut rute bisnis dari Arabia Selatan (Yaman) melalui Semenanjung Arabia ke tanah Edom. Dari Edom barang diangkut menuju utara Damaskus atau ke barat menuju Mesir. Rute kedua adalah dari Arabia Selatan (Oman) sepanjang pantai timur dengan kapal oleh orang Gerrha barang diangkut menuju pelabuhan di Mesopotamia. Dari Mesopotamia barang dibawa menuju Babilonia bergabung dengan Jalur Sutra. Barang kemudian diangkut melalui Damaskus menuju Ponesia di Laut Mediterania.
Pada paruh pertama abad ke 6 SM, kaum Nabasia (al-Anbat, istilah klasik untuk Nabasia) adalah suku normad dari daerah yang sekarang kita kenal sebagai Transyordan dan tinggal di daerah Edomir (dari kata Idumeans keturunan Esau), dan dari sana mereka kemudian merebut Petra. Orang-orang Nabasia, setelah menguasai kota metropolis Petra, segera menguasai wilayah-wilayah di sekitarnya. Petra yang dalam bahasa Yunani berarti cadas. Al-Raqim adalah sebutan bagi Petra dalam bahasa Arab dan nama modernnya adalah Wadi Musa (lembah Musa). Kota kuno itu, yang terletak pada dataran tandus setinggi 3.000 kaki, kini menyuguhkan pemandangan berupa kuburan besar yang memukau yang dipahat pada baru cadas (Umm al-Biyarah), yang lapisan bebatuannya memancarkan warna-warni pelangi. Kaum Nabasia juga membuat istana yang terletak di di puncak gunung. Menurut Diodorus, pada periode ini kaum Nabasia mulai menggunakan kapal di Laut Merah dan Laut Mediterania.
Selama periode empat ratus tahun, yang dimulai dari penghujung abad ke 4 SM, Petra menjadi kota kunci dalam rute perjalanan kafilah antara Saba dan Mediterinia. Menurut Zenon Papyri, kaum Nabasia bersaing dengan kaum Minea dan kaum Gerha (Jarha) dalam bisnis kemenyan. Para pedagang menggunakan rute perjalanan darat. Sejarah awal kaum Nabasia ditulis oleh Diodorus dan Sculus. Sekitar 312 S.M. mereka cukup kuat untuk menangis dua kali serbuan pasukan Antigonus, Raja Suriah yang menjadi penerus Aleksandra, dan kembali dengan penuh kemenangan ke “tebing karang” itu. Mereka kemudian berada dalam pengaruh Prolemius.
Pada 250 SM – 100 SM, kaum Nabasia menggunakan kapal untuk menangkap kemenyan dari para pedagang Arab Selatan, kemudian dibawa ke utara menuju pelabuhan baru mereka Leuce Come, dari pelabuhan tersebut, barang dibawa ke pantai menuju Aila dan melalui daerah kekuasaan kaum Nabasia dibawa ke Mesir, Damaskus, Mesopotamia, Yunani dan Romawi. Pada periode ini, kaum Nabasia dengan kapalnya mengangkut kargo dari Yaman selatan menuju Leuce Come dan juga pelabuhan Mesir, Berenike merupakan rute mereka.