BISNIS KAUM HIMYAR (3)

Mohammad Suyanto

Abstract


Para misionaris Suriah yang menyelamatkan diri dari hukuman mungkin masuk ke Yaman pada masa tertentu yang belum kita ketahui pasti, tapi duta Kristen pertama ke Arab Selatan sepanjang yang kita baca diutus oleh Raja Constantianus pada 356 di bawah pimpinan Theophilus Indus, seorang Aria. Motif sebenarnya di balik misi ini adalah kepentingan politik internasional masa itu dan persaingan antara kerajaan Romawi dan Persia untuk menanamkan pengaruhnya di wilayah Arab Selatan. Theophilus berhasil membangun sebuah gereja di ‘Adan (Aden) dan dua gereja lainnya di daerah Himyar. Najran, yang mulai mengenal agama Kristen mazhab Monofisit yang dibawa oleh seorang pendakwah dari Suriah bernama Taymiyun (Phemion), memeluk agama baru ini sekitar 500 Masehi. Ibn Hisyam dan al-Thabari memaparkan kepada kita kisah tentang sang asketik ini, yang ditangkap oleh Kafilah Arab dan dibawa ke Najran. Ya’qub dari Saruj (w.521) menulis sebuah surat pelipur lara dalam bahasa Suriah kepada orang-orang Kristen Najran. ‘Umar ibn Khaththab, khalifah kedua, mendeportasi (635-636 M.) ke Irak orang-orang yang enggan memeluk Islam. Agama Yahudi juga tersebar di Yaman pada masa pemerintahan Himyar. Dari sanalah kemungkinan awal penyebarannya ke Arab Utara, mungkin sebagai akibat dari penaklukan Palestina dan penghancuran Yarusalem oleh Titus pada 70 M. Berdasarkan nama-nama yang ada, kebanyakan orang Yahudi yang masuk agama yahudi, bukan keturunan langsung Ibrahim. Pada paruh pertama abad ke-6, agama orang Ibrani ini memiliki pengaruh besar di Yaman sehingga raja Himyar yang terakhir, Dzu-Nuwas (seorang keturunan Tubba’ As’ad Kamil) juga memeluk agama Yahudi. Tampaknya, semua orang Yahudi di Yaman yang berjumlah ratusan ribu itu kemudia pindah ke Israel setelah 1948.

            Persaingan antara para penganut dua agama monoteis baru di Arab Selatan ternyata memicu munculnya kekerasan. Tentu saja, Dzu-Nuwas, yang mewakili semangat kekuatan nasionalistik, mengasosiasikan orang-orang Kristen pribumi dengan pengusa Abissinia Kristen yang jelas-jelas merupakan musuh mereka. Penguasa Yahudi inilah yang diriwayatkan telah melakukan pembunuhan besar-besarn terhadap orang Kristen Najran pada Oktober 523 (Q.S. 85: 4-8). Menurut literatur Arab, Dzu-Tsa’laban (atau Tsu’luban) berhasil menyelamatkan diri dan meminta pertolongan kepada Raja Justin I, raja Bizantium saat itu yang dipandang sebagai pelindung orang-orang Kristen. Kemudian Justin I menulis surat kepada Negus (Najasyi) di Abissinia (dalam berbagai tulisan terkenal dengan sebutan Kaleb Ela Ashbeha), karena ia merupakan kekuatan Kristen yang paling dekat dengan tempat kejadian. Negus diriwayatkan mengirim 70.000 tentaranya melintasi Laut Merah ke daratan Arab di bawah pimpinan Asyat. Serangan itu termasuk dalam suatu jaringan politik internasional yang berlangsung saat itu: Bizantium meminta Abissinia mengirimkan suku-suku Arab yang berada di bawah pengaruhnya dan mengerahkan mereka untuk melawan Persia. Pasukan Abissinia memenangkan pertempuran pada 523 dan 525. Pemimpin pada kemenangan kedua adalah Abrahah yang mengawali kariernya sebagai perwira di bawah komando Aryat, tetapi kemudian berselisih dengan atasannya dan akhirnya menjadi komandan tertinggi. Menurut al-Thabari, Dzu-Nuwas, yang memacu kudanya dengan kencang, terjun ke dalam gelombang laut dan lenyap untuk selamanya. Begitulah runtuhnya kerajaan monarki Himyar yang terakhir, sekaligus menandai awalnya dominasi Aksum yang dipimpin Abrahah sampai 570.. Kenangan yang tersisa dari kebesaran Dinasti kemerdekaan Himyar kuno adalah nama sebuah suku di timur Aden, Himyar.

Amikom Web Archives