BISNIS KAUM HIMYAR (2)
Abstract
Raja dari periode Himyar pertama ini adalah seorang raja feodal yang tinggal di puri, memiliki tanah luas dan mencetak uang emas, perak dan perunggu, dengan menampilkan gambar wajahnya pada salah satu sisinya dan seekor burung hantu (lambang orang-orang Atena) atau kepala banteng di sisi lainnya. Beberapa uang logam yang lebih tua memuat gambar raja Atena menunjukkab ketergantungan Arab Selatan kepada model-model Atena sejak abad keempat sebelum Masehi. Di samping uang logam, ditemukan juga sejumlah patung perunggu karya pengarajin Yunani dan Sasaniyah dalam penggalian di Yaman.
Sekitar 300 M., gelar-gelar raja di Arab Selatan berubah menjdai “Raja penguasa Saba, dzu-Raydan, Hdaramut, dan Yamanat. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa ini Hadramaut telah kehilangan independensinya. Embel-embel di belakang gelar raja terus bertambah bersamaan dengan direbutnya wilayah-wilayah lain: “meliputi daerah pegunungan Arab dan Tihamah”. Wilayah Yamanat (Yamanah) mungkin meliputi seluruh daerah pesisir sebelah selatan; Tihamah mencakup kawasan pantai Laut Timur di sebelah Sana’a. Setelah dikuasai oleh orang-orang Abissinia dalam waktu singkat (sekitar 340-78 S.M.), raja-raja Himyar kembali menggunakan gelar-gelar mereka yang panjang dan mempertahankan kekuasaannya hingga 525 M. Pada tulisan-tulisan Aksum dari pertengan abad keempat, kerajaan monarki Abissinia mengklaim sebagai “raja Aksum, Himyar, Raydan, Habasyah, Salh dan Tihamah”. Ini bukanlah kali petama dan bukan sekali ini saja orang-orang Abissinia menguasai wilayah Arab. Sebelumnya, pada abad kedua dan ketiga Masehi, mereka berhadil membangun otoritas sementara di berbagai pelosok Arab Selatan.
Sembilan raja Himyar pada periode ini bisa kita ketahui dari berbagai tulisan. Tubba’ adalah gelar raja yang bisa dijumpai bahkan dalam literatur Islam. Di antara raja-raja Himyar yang dikenal dalam legenda-legenda Arab belakangan adalah Syammar Yar’asy, yang dikisahkan telah menaklukkan berbagai wilayah hingga ke Samarqand. Menurut legenda itu, nama Samarqand diambil dari nama Sang Raja. Raja lainnya adalah Abu Karib As’ad Kamil atau Abi-Kariba As’ad (sekitar 385-420 M.) yang diriwayatkan telah menaklukkan Persia dan kemudian memeluk agama Yahudi. Ingatan terhadap yang terakhir ini masih terlihat segar dalam kisah-kisah petualangan Arab. Periode Himyar terakhir ini ditandai dengan diperkenalkannya agama Yahudi dan Kristen ke Yaman.
Agama di Arab Selatan pada dasarnya adalah seuah sistem perbintangan yang memuja dan menyembah dewa bulan. Bulan, yang disebut Sin oleh orang-orang Hadramaut, Wadd (cinta tau pecinta, atau ayah) oleh orang-orang Minea, Almawah (Tuhan pemberi kesehatan?) oleh orang-orang Saba, ‘Amm (paham dari jalur ayah) oleh orang-orang Qataban, merupakan simbol paling sakral yang dipuja di kuil mereka. Bulan dianggap sebagai dewa laki-laki dan kedudukannya lebih tinggi dari matahari, Syams, yang merupakan pasangannya. ‘Atsar (Venus, mirip dengan Tuhan perempuan orang Babilonia, yaitu Isytar, atau ‘Asytart menurut orang-orang Phoenisia), anak laki-laki mereka, adalah anggota ketiga dari tiga serangakai itu. Dari pasangan benda langit ini lahir benda-benda laingit lain yang dianggap sebagai Tuhan. Tuhan orang-orang Arab utara, al-Lat, yang disebutkan dalam Al-Qur’an, mungkin merupakan nama lain dari Tuhan matahari. Kristen mazhab Monofisit (bahwa Isa memiliki sifat tunggal yang tidak bisa dipisahkan, yaitu ia mengandung unsur Tuhan sekaligus unsur manusia) perlahan-lahan mulai terdesak di utara, terutama di Suriah, pada masa-masa paling awal.