PASAR HAJAR

Mohammad Suyanto

Abstract


Pasar yang diadakan bersamaan dengan pasar di Nazat yang adalah Hajar, diadadakan mulai pada sepuluh sampai akhir bulan Muharram. Hajar merupakan nama kota di Yamamah.  Secara historis distrik Yamamah mempunyai tingkat tertinggi pada saat diperintah oelh Yaqut (abad ke tiga belas) dan Al-Hamadani (abad ke sepuluh) dibandingkan daerah yang terkenal dalam catatan sejarah pada era sebelum Islam dan pada awal Islam.  Sejarah kota Hajar dimulai pada saat suku Tasm dan Jadis yang mendirikan istana dan menara. Reruntuhan tersebut dapat dilihat sejak abad keempat Hijriah. Daerah tersebut kemudian dibangun oleh suku Hanifa yang tersebar di lembah yang yang menyebabkan kota menjadi maju dan merupakan pasar bagi orang Arab. Yagout dalam bukunya “Lexicon of Town” menamakan kota tersebut Hajar  yang berawal dari Obeid Al Hanaf ketika ia membuat istana dan kebun di bawah tanah miliknya dan menyebutnya dengan Hajar. Tempat tersebut dikenal secara resmi dengan Yamamah.

Dengan datangnya Islam di Hijaz dan tersebar di Semenanjung Arabia, suku-suku dari Yamamah datang untuk memberi penghormatan kepada Rasulullah s.a.w. Bani Hanifa memeluk Islam bersama suku lainnya. Setelah meninggalnya Rasulullah s.a.w. beberapa di Yamamah melakukan pemurtadan, Abu Bakar sebagai Khalifah berusaha untuk mencegahnya. Pada masa Khalifah, Hajar merupakan pemimpin daerah Yamamah untuk menyebarkan kekhalifahan Islam di luar Semenanjung Arabia  dan munculnya daerah Islam yang kaya tersebut merupakan hal yang penting bagi kota Yamamah, tetapi beberapa dusun mulai mengalami penurunan. Maka politik dan keamanan digabungkan untuk memperoleh kestabilan, pertumbuhan dan perkembangan Yamamah. Sejak abad kedelapan Hijriah, Hajar telah menjadi reruntuhan.

Reruntuhan dari kota Hajar yang merupakan ibukota Yamamah tersebut, kini dibangun sebuah kota yang bernama Riyadh atau ArRiyadh yang merupakan ibukota Kerajaan Saudi Arabia. Riyadh merupakan bentuk jamak dari kata Arab Rawdah yang berarti kebun atau padang rumput. Nama tersebut diambilkan dari alamnya dengan dataran rendah berkumpulnya air yang mengalir dan rumput hijau yang menutupi tanah dengan bau harum bunga mawar.

            Pada 1223 H, Ad’ Diriyah diruntuhkan oleh Gubernur Mesir, Ibrahim Basha dan untuk pertama kali wilayah pemerintahan Arab dihancurkan. Pemerintahan Usmaniah membuat ketakutan dengan melakukan reformasi apa yang telah dilakukan keluarga Saud. Pemerintahan Usmaniah menjadikan sebagai tanah berkembangbiaknya tahyul, klenik dan menentang pemerintahan sebagai alasan konflik militer antara Pemerintahan Usmaniah dan Pemerintahan Saudi. Hasilnya adalah pendudukan Hijaz dan Najd. Tetapi pemerintah Saudi membangun kembali dan meningkatkan kekuatan di bawah pemimpin Imam turki bin Abdullah pada 1240 H. Ia membuat Riyadh sebagai kota pemerintahan dan membangun kembali masjid kota dan istana gubernuran dengan menambahkan benteng yang mengelilingi kota. Sejak saat itu Riyadh menjadi kota nomor dua dan setelah Imam Abdulaziz bin Abdulrahman al Faisal merebut kembali kota tersebut, Riyadh menjadi ibukota berkarakteristik sosial, politik dan ekonomi yang berpengaruh sampai saat ini, baik pengaruh secara nasional maupun internasional.

Amikom Web Archives