KERELAAN

Mohammad Suyanto

Abstract


Dalam dunia bisnis yang keras seperti sekarang ini, kadangkala kita saling membunuh dan saling merampas harta. Sikut kanan-sikut hanya ingin mendapatkan harta yang banya. Berusaha menginjak orang yang susah dan bawahan dengan semena-mena, arena kita sebagai atasan. Bulan Puasa ini mudah mudahan menjadi sekolah kita untuk memperbaiki diri dan minta maaf kepada orang yang kita sakiti.  Dikatakan bahwa di tengah-tengah Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang bekerja sebagai penangkap ikan. Dia menafkahi anak isterinya dari hasil tangkapan ikannya. Pada suatu hari dia dapat mengkap seekor ikan yang sangat besar. Dia sangat gembira dan berkata, “Aku akan pergi membawa ikan ini dan akan menjualnya. Uangnya akan aku berikan kepada keluargaku.”

Di perjalanan dia bertemu dengan seorang laki-laki tua. Orang tua itu berkata kepada si penagkap ikan. “Apakah engkau hendak menjual ikan ini . ?”

Si penangkap ikan berkata dalam hatinya, “Jika aku katakana benar, dia akan membelinya dengan setengah harga.”

Dia akhirnya berkata, “Tidak. Aku tidak bermaksud menjualnya.”

Orang tua itu memukulnya dengan kayu pada punggungnya dengan pukulan yang sangat menyakitkan. Kemudian orang tua itu merampas ikan tersebut darinya. Penagkap ikan itu berdoa dengan mengatakan, ‘Tuhanku, Engkau telah menciptakan aku dalam keadaan kuat dan gagah. Ya Tuhan, ambillah hakku dari dia di dunia ini karena aku tidak akan sabar menunggu sampai hari akhirat tiba.”

Sementara itu, orang yang merampas ikan itu pulang ke rumahnya dan menyuruh isterinya untuk membakar ikan tersebut. Setelah masak, isterinya menghidangkan ikan tersebut kepada suaminya. Ketika dia mengulurkan tangannya untuk memakannya, ikan tersebut membuka mulutnya dan menggigit jari orang itu dengan kuat. Dia tidak tahan dan kesakitan karena gigitan ikan tersebut. Dia mengadukan hal itu kepada seorang tabib dan menceritakan apa yang terjadi. Tabib itu berkata, “Jari-jari ini harus dipotong agar rasa sakitnya tidak menyebar ke pergelangan tangan.”

Lalu dipotonglah jari-jarinya. Akan tetapi, sakitnya pindah ke pergelangan tangannya. Sakitnya semakin parah sehingga ia menggigil karena rasa sakit pada otot-ototnya. Tabib berkata,”Pergelangan tanganmu mesti dipotong agar rasa sakitnya tidak menyebar ke lengan bawah.”

Lantas, dipotonglah lagi pergelangan tangannya. Akan tetapi, rasa sakitnya berpindah ke lengan bawah tangannya. Tabib berkata lagi, “Lengan bawah tanganmu harus dipotong agar sakitnya tidak menyebar ke bahu.”

Kemudian, dipotonglah lagi lengan bawah tangannya. Akan tetapi, rasa sakit sudah berpindah ke bahunya. Dengan wajah bingung atas kejadian itu, dia berdoa kepada Tuhannya agar diberi petunjuk atas apa yang terjadi. Dia melihat sebuah pohon. Dia menghampiri pohon itu dan tidur dibawahnya. Tiba-tiba, dalam mimpinya, dia melihat seseorang berkata kepadanya,”Wahai orang miskin, sampai mana tanganmu akan kau potong. Pergilah kepada orang yang telah engkau rampas ikannya dan mintalah kerelaan darinya.”

Orang itu lantas terbangun dan berpikir sambil mengingat-ingat dan berkata,”Dulu aku telah merampas ikan orang lain dengan paksa. Aku telah memukul seorang panangkap ikan. Dan ikan itulah yang telah menggigitku.”

Dia bangkit bermaksud untuk pergi menuju kota. Dia mencari si penangkap ikan itu dan dia pun menemukannya. Dia bersimpuh dihadapan si penangkap ikan, memberinya sedikit harta, serta meminta maaf atas perbuatannya. Akhirnya, si penangkap ikan itu memaafkannya. Seketika itu juga, hilanglah rasa sakit yang dia derita.

Pada malam harinya ia tidur diranjangnya dengan perasaan tobat dan menyesali perbuatannya. Dia tidur dengan nyenyak. Pada hari kedua, turunlah rahmat dari Tuhannya. Tangannya kembali sembuh seperti sediakala berkat kekuasaan Tuhannya. Lalu turunlah wahyu kepada Musa a.s: Musa, demi kemuliaan-Ku, kesempurnaan-Ku, dan kekuasaan-Ku, jika laki-laki yang dirampas haknya tidak merasa rela kepadanya, niscaya Aku akan menyiksanya sepanjang hidupnya.


Amikom Web Archives