PEMIMPIN AGUNG

Mohammad Suyanto

Abstract


Satu bulan atau 30 hari berarti pula 30 % orang telah dapat melupakan trauma. Kita akan mencapai 90 % melupakan trauma setelah 90 hari, sehingga dikenal dengan teori 90/90. Tuhan memberikan kemampuan kepada manusia untuk dapat melupakan trauma secara otomatis. Masa-masa sulit seperti ini dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat dijadikan teladan. Pemimpin pada saat-saat seperti ini dituntut tidak hanya bicara tetapi bertindak dan terjun ke lapangan serta dekat dengan orang-orang yang menderita. Pemimpin yang dapat memotivasi dan memicu semangat mereka sehingga mereka dapat bangkit kembali.

Dalam buku Anecdotes from Islam, yang ditulis oleh M. Ebrahim Khan dikisahkan ketika wabah mengerikan menyerang Syria pada 639 M, sekitar 25.000 orang meninggal dunia. Berita wabah ganas itu mengganggu Khalifah Umar di Madinah. Ia pergi meninggalkan Madinah untuk meninjau Syria untuk membantu orang-orang yang masih hidup dengan segala cara. Perjalanan menuju Syria melewati kota Kristen Ayla. Beliau mengendarai unta dengan disertai beberapa pengikut. Agar identitas Umar tidak diketahui, beliau berganti tempat dengan pembantunya. Penduduk Ayla yang antusias ingin melihat Umar berbondong-bondong ke jalan dan bertanya-tanya, ”Dimanakah Umar?”. ”Ini dia di depan kalian,” jawab Umar dengan maksud ganda. Unta khalifah berjalan pelan dan kerumunan masa bergegas membuntutinya, karena pikir Umar masih berada di atas unta itu. Pada hal yang di atas unta hanyalah pembantu Umar. Khalifah Umar menyelinap ke rumah seorang pendeta selama siang hari yang panas itu. Jubah yang dipakai Umar banyak yang sobek karena perjalanan yang berat dan ia berikan kepada tuan rumah untuk diperbaiki. Si pendeta menjahitnya kembali sembari mengembalikan jubah Umar, ia menawarkan satu jubah baru yang cocok untuk cuaca yang panas. Dengan mengucapkan terima kasih, khalifah Umar menolak pemberian itu dan lebih suka memakai jubahnya sendiri. Bilal yang terkenal sebagai muazzin Rasulullah, waktu itu tinggal di Syria. Setelah Rasulullah meninggal, ia menolak tugas sebagai muazzin dan menyerahkannya kepada orang lain. Beberapa tahun kemudian ia turut serta dalam ekspedisi militer ke Syria dan menghabiskan masa tuanya di sana. Pada malam keberangkatan Umar meninggalkan Syria, penguasa kota Damaskus menyarankan bahwa pada kesempatan terakhir ini, sebaiknya Bilal diminta untuk mengumandangkan azan. Lelaki lanjut usia itu memenuhi permintaan mereka dan dari puncak menara masjid, suara yang sudah tidak asing itu mengumandang dengan merdu dan keras. Teringat masa-masa shalat berjamaah bersama Rasulullah, para jamaah yang hadir larut dalam isak tangis. Bahkan pasukan muslim dengan Umar sebagai panglimanya tenggelam juga dengan deraian air mata. Ternyata azan muazzin agung itu merupakan azan terakhirnya, karena sesudah itu Bilal meninggal dunia. Dipanggil oleh Sang Pencipta. Azan muazzin agung itu adalah azan untuk menyambut sang pemimpin yang adil dan rendah hati, dan dekat dengan orang yang menderita. Pemimpin Agung tersebut adalah Umar bin Khathab.

 


Amikom Web Archives