SIX SIGMA
Abstract
Perusahaan-perusahaan yang paling dikagumi dunia banyak menerapkan Six Sigma, misalnya General Electric, Motorola, Honeywell dan sebagainya. Six Sigma merupakan tujuan yang hampir sempurna dalam memenuhi persyaratan pelanggan. Six Sigma merujuk kepada target kinerja operasi yang diukur secara statistik dengan hanya 3,4 kesalahan untuk setiap juta aktivitas. Six Sigma juga merupakan usaha perubahan budaya supaya posisi perusahaan ada pada kepuasan pelanggan, profitabilitas dan daya saing yang lebih besar. Six Sigma merupakan sistem yang komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, mempertahankan dan memaksimalkan sukses bisnis, yang secara unik dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap kebutuhan pelanggan, pemakaian disiplin terhadap data, fakta dan analisis statistik serta perhatian cermat untuk mengelola, memperbaiki dan menanamkan kembali proses bisnis.
Unsur kritis dari sisi kepemimpinan terdiri dari enam tema. Tema pertama, fokus yang sungguh-sungguh kepada pelanggan. Dalam Six Sigma pelanggan menjadi prioritas utama Ukuran-ukuran kinerja Six Sigma dimulai dengan pelanggan. Perbaikan Six sigma ditentukan oleh pengaruhnya terhadap kepuasan dan nilai pelanggan.
Tema kedua, manajemen yang digerakkan oleh data dan fakta. Disiplin Six Sigma dimulai dengan menjelaskan ukuran-ukuran apa yang menjadi kunci untuk mengukur kinerja bisnis, kemudian menerapkan data dan analisis sedemikian rupa untuk membangun pemahaman terhadap variabel-variabel kunci dan hasil-hasil optimal.
Tema ketiga, fokus pada proses, manajemen dan perbaikan. Dalam Six Sigma, proses adalah tempat dimana tindakan dimulai. Mulai dari perancangan produk, pengukuran kinerja, perbaikan efisiensi dan kepuasan pelanggan atau bahkan menjalankan bisnis. Six Sigma memposisikan proses sebagai kendaraan kunci dan sukses. Penguasaan proses merupakan keunggulan kompetitif dan mengirimkan nilai kepada para pelanggan.
Tema keempat, manajemen proaktif. Six Sigma mencakup sejumlah alat dan praktek yang menggantikan kebiasaan reaktif dengan gaya manajemen yang dinamis, responsif dan proaktif.
Tema kelima, kolaborasi tanpa batas. Kolaborasi tanpa batas menuntut adanya pemahaman terhadap kebutuhan riil para pengguna akhir maupun terhadap aliran kerja di sepanjang sebuah proses atau rantai persediaan, menggunakan pengetahuan terhadap pelanggan dan proses keuntungan semua bagian yang akhirnya menciptakan sebuah lingkungan dan struktur manajemen yang mendukung tim kerja yang sesungguhnya.
Tema keenam, dorongan untuk sempurna dan toleransi terhadap kegagalan. Semua perusahaan yang membuat Six Sigma terus-menerus didorong untuk lebih sempurna dari sebelumnya. Meskipun demikian toleransi terhadap kegagalan, terlalu takut terhadap konsekuensi kesalahan akan tidak pernah mencoba yang hasilnya stagnasi, pembusukan dan mati dilindas perubahan. Demikian tulis Pande, Neuman dan Canavagh dalam buku The Six Sigma Way.